[RR1-online]:
RIZAL Ramli memang bukan malaikat, tetapi boleh jadi malaikat telah mendapat “perintah” langsung sejak dulu dari Tuhan agar bisa membimbing dan memunculkan Rizal Ramli sebagai sosok pemimpin masa depan yang akan membawa Perubahan yang sangat didambakan oleh Bangsa dan Negara ini.
Kiranya hal tersebut tidaklah berlebihan, sebab kalau bukan karena campur tangan langsung dariNYA, maka tentulah Rizal Ramli tidak akan pernah bisa tampil seperti saat ini.
Bagaimana tidak, bahwa betapa sulit dibayangkan bagaimana kondisi seorang bocah usia 6 tahun seperti Rizal Ramli yang ketika itu kedua orang tuanya telah tiada, namun mampu melalui hidupnya yang begitu teramat berat di tanah Jawa di naungan neneknya yang juga bukan berasal dari kalangan konglomerat, tetapi kini juga bisa tampil sejajar dengan para tokoh yang ada di negara ini, bahkan mampu muncul sebagai sosok yang juga mendapat aspirasi dari rakyat untuk menjadi seorang Presiden di Indonesia saat ini.
Tanpa bermaksud mengerdilkan calon-calon presiden (capres) lainnya yang kini bermunculan, bahwa jika para capres lainnya saat ini bisa disebut berhasil, dan dinilai telah mampu berada di posisi sukses seperti saat ini, maka itu tidak lain karena mereka dulu memang masih memiliki kedua orang tua, bahkan beberapa di antaranya memang berasal dari kalangan keluarga berekonomi mampu, maka sudah pasti bisa tertopang langkah-langkahnya hingga mampu tampil seperti ini.
Tetapi kesuksesan Rizal Ramli tidaklah dimulai dari kondisi seperti itu. Karena selepas dari tanggungan neneknya sejak telah kuliah di ITB, untuk menambal hidupnya sehari-hari sebagai anak yatim-piatu tentu saja amat sangat sulit, apalagi untuk membiayai pendidikannya. Namun toh.. Rizal Ramli ketika itu telah dipaksa oleh keadaan untuk bisa hidup mandiri dengan bekerja apa saja yang penting halal, seperti menjadi mandor (buruh) di sebuah percetakan, lalu menjadi seorang penerjemah Bahasa Inggris.
Sehingga, sikap pekerja keras namun cerdas, tegas namun bijaksana, dan disiplin karena mandiri,--adalah menjadi sifat yang melekat pada diri Rizal Ramli, karena memang sifat ini telah muncul dari hasil tempaan alam lalu menjelma sebagai sebuah karakter tangguh yang kini dimilikinya sebagai modal dalam melakukan berbagai gerakan dan perjuangan menuju titik perubahan.
Tengok saja sikap dan karakter Rizal Ramli di masa lalu, yang ketika itu ia dengan beraninya dan secara tegas melawan kekuasaan pemerintahan Orde Baru, meski pada akhirnya harus mendekam di bilik penjara yang juga pernah di huni oleh Bung Karno, di Sukamiskin.
Selepas dari penjara, Rizal Ramli bukannya harus takluk lalu menyerah begitu saja. Tetapi, jiwa perjuangannya malah makin berkobar, dan bahkan tetap bertekad untuk terus maju ke barisan terdepan sebagai anak bangsa yang harus mempersembahkan yang terbaik kepada seluruh rakyat di negeri ini.
Bagai berhadapan dengan mulut jurang, Rizal Ramli ketika itu harus mundur dulu satu, dua, tiga langkah untuk kemudian berlari maju melesat bagai anak panah untuk melompati jurang tersebut agar perjuangannya tak terhenti begitu saja. Dengan berbekal kepandaiannya berbahasa Inggris, Rizal Ramli pun mencari-cari peluang beasiswa untuk studi di luar negeri. Dan ternyata, ia akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa dari Ford Foundation. “Saya diterima sebagai mahasiswa Boston University atas rekomendasi Rektor ITB serta Adnan Buyung Nasution,” kenang Rizal Ramli.
Setelah sukses menyelesaikan studinya hingga berhasil meraih Doktor pada bidang ekonomi di Boston University tersebut, nama Rizal Ramli yang sebelumnya dikira telah redup ternyata mulai bersinar. Ia pun mulai membangun jaringan dan menata pergaulan mulai dari kalangan bawah sampai ke kalangan atas. Hingga pada akhirnya pintu masuk pertama dalam pemerintahan mulai dimasukinya, yakni saat ditunjuk sebagai Kabulog menggantikan Jusuf Kalla. Lalu terus menanjak sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan.
Sayangnya, “usia” pemerintahan Presiden Gus Dur ketika itu terbilang sangat singkat seiring gesekan politik yang makin tak terkendali, membuat Rizal Ramli pun tak punya waktu banyak di dalam kabinet. Terakhir tahun 2008, pemerintahan SBY tega mencopot Rizal Ramli sebagai Komisaris Utama yang berprestasi di PT. Semen Gresik hanya lantaran Rizal Ramli dinilai ikut berjuang bersama mahasiswa dan rakyat secara keras menentang kebijakan kenaikan harga BBM.
Pemecatan Rizal Ramli ini oleh banyak kalangan dinilai adalah upaya Pemerintah SBY untuk sekaligus menghambat laju Rizal Ramli yang telah banyak mendapat aspirasi ketika itu untuk maju sebagai calon presiden 2009. Bagaimana tidak, pemecatan Rizal Ramli disusul dengan penetapan dirinya sebagai tersangka atas peristiwa aksi demo penentang kenaikan harga BBM tersebut. Sungguh memilukan!
Kendati begitu, Rizal Ramli mengaku merasa ikhlas dipenjara pada masa Orba, ikhlas dicopot dari jabatan, dan ikhlas dijadikan tersangka lantaran menentang kenaikan BBM di era Pemerintahan SBY. Sebab hanya dengan begitu, Rizal Ramli makin mengetahui kondisi kerusakan di negeri ini, yang kelak jika dirinya mendapat restu menjadi seorang Kepala Negara, maka tentunya telah mudah bagi Rizal Ramli untuk menambal kerusakan-kerusakan tersebut,--sebagaimana dulu dirinya mampu menambal hidupnya yang amat susah karena telah tahu tak punya orangtua.
Dan yang lebih penting, semoga Tuhan tetap mengutus para malaikat untuk selalu menjaga dan “mengarahkan” langkah Rizal Ramli menuju Istana sebagai Kepala Negara, yang diawali dengan terbukanya pintu hati seluruh Rakyat untuk bisa mendukung dan memilih Rizal Ramli, demi terwujudnya perubahan, dan demi mempersembahkan yang terbaik buat bangsa dan negara tercinta ini. Amin!!!>(muis/map)
RIZAL Ramli memang bukan malaikat, tetapi boleh jadi malaikat telah mendapat “perintah” langsung sejak dulu dari Tuhan agar bisa membimbing dan memunculkan Rizal Ramli sebagai sosok pemimpin masa depan yang akan membawa Perubahan yang sangat didambakan oleh Bangsa dan Negara ini.
Kiranya hal tersebut tidaklah berlebihan, sebab kalau bukan karena campur tangan langsung dariNYA, maka tentulah Rizal Ramli tidak akan pernah bisa tampil seperti saat ini.
Bagaimana tidak, bahwa betapa sulit dibayangkan bagaimana kondisi seorang bocah usia 6 tahun seperti Rizal Ramli yang ketika itu kedua orang tuanya telah tiada, namun mampu melalui hidupnya yang begitu teramat berat di tanah Jawa di naungan neneknya yang juga bukan berasal dari kalangan konglomerat, tetapi kini juga bisa tampil sejajar dengan para tokoh yang ada di negara ini, bahkan mampu muncul sebagai sosok yang juga mendapat aspirasi dari rakyat untuk menjadi seorang Presiden di Indonesia saat ini.
Tanpa bermaksud mengerdilkan calon-calon presiden (capres) lainnya yang kini bermunculan, bahwa jika para capres lainnya saat ini bisa disebut berhasil, dan dinilai telah mampu berada di posisi sukses seperti saat ini, maka itu tidak lain karena mereka dulu memang masih memiliki kedua orang tua, bahkan beberapa di antaranya memang berasal dari kalangan keluarga berekonomi mampu, maka sudah pasti bisa tertopang langkah-langkahnya hingga mampu tampil seperti ini.
Tetapi kesuksesan Rizal Ramli tidaklah dimulai dari kondisi seperti itu. Karena selepas dari tanggungan neneknya sejak telah kuliah di ITB, untuk menambal hidupnya sehari-hari sebagai anak yatim-piatu tentu saja amat sangat sulit, apalagi untuk membiayai pendidikannya. Namun toh.. Rizal Ramli ketika itu telah dipaksa oleh keadaan untuk bisa hidup mandiri dengan bekerja apa saja yang penting halal, seperti menjadi mandor (buruh) di sebuah percetakan, lalu menjadi seorang penerjemah Bahasa Inggris.
Sehingga, sikap pekerja keras namun cerdas, tegas namun bijaksana, dan disiplin karena mandiri,--adalah menjadi sifat yang melekat pada diri Rizal Ramli, karena memang sifat ini telah muncul dari hasil tempaan alam lalu menjelma sebagai sebuah karakter tangguh yang kini dimilikinya sebagai modal dalam melakukan berbagai gerakan dan perjuangan menuju titik perubahan.
Tengok saja sikap dan karakter Rizal Ramli di masa lalu, yang ketika itu ia dengan beraninya dan secara tegas melawan kekuasaan pemerintahan Orde Baru, meski pada akhirnya harus mendekam di bilik penjara yang juga pernah di huni oleh Bung Karno, di Sukamiskin.
Selepas dari penjara, Rizal Ramli bukannya harus takluk lalu menyerah begitu saja. Tetapi, jiwa perjuangannya malah makin berkobar, dan bahkan tetap bertekad untuk terus maju ke barisan terdepan sebagai anak bangsa yang harus mempersembahkan yang terbaik kepada seluruh rakyat di negeri ini.
Bagai berhadapan dengan mulut jurang, Rizal Ramli ketika itu harus mundur dulu satu, dua, tiga langkah untuk kemudian berlari maju melesat bagai anak panah untuk melompati jurang tersebut agar perjuangannya tak terhenti begitu saja. Dengan berbekal kepandaiannya berbahasa Inggris, Rizal Ramli pun mencari-cari peluang beasiswa untuk studi di luar negeri. Dan ternyata, ia akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa dari Ford Foundation. “Saya diterima sebagai mahasiswa Boston University atas rekomendasi Rektor ITB serta Adnan Buyung Nasution,” kenang Rizal Ramli.
Setelah sukses menyelesaikan studinya hingga berhasil meraih Doktor pada bidang ekonomi di Boston University tersebut, nama Rizal Ramli yang sebelumnya dikira telah redup ternyata mulai bersinar. Ia pun mulai membangun jaringan dan menata pergaulan mulai dari kalangan bawah sampai ke kalangan atas. Hingga pada akhirnya pintu masuk pertama dalam pemerintahan mulai dimasukinya, yakni saat ditunjuk sebagai Kabulog menggantikan Jusuf Kalla. Lalu terus menanjak sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan.
Sayangnya, “usia” pemerintahan Presiden Gus Dur ketika itu terbilang sangat singkat seiring gesekan politik yang makin tak terkendali, membuat Rizal Ramli pun tak punya waktu banyak di dalam kabinet. Terakhir tahun 2008, pemerintahan SBY tega mencopot Rizal Ramli sebagai Komisaris Utama yang berprestasi di PT. Semen Gresik hanya lantaran Rizal Ramli dinilai ikut berjuang bersama mahasiswa dan rakyat secara keras menentang kebijakan kenaikan harga BBM.
Pemecatan Rizal Ramli ini oleh banyak kalangan dinilai adalah upaya Pemerintah SBY untuk sekaligus menghambat laju Rizal Ramli yang telah banyak mendapat aspirasi ketika itu untuk maju sebagai calon presiden 2009. Bagaimana tidak, pemecatan Rizal Ramli disusul dengan penetapan dirinya sebagai tersangka atas peristiwa aksi demo penentang kenaikan harga BBM tersebut. Sungguh memilukan!
Kendati begitu, Rizal Ramli mengaku merasa ikhlas dipenjara pada masa Orba, ikhlas dicopot dari jabatan, dan ikhlas dijadikan tersangka lantaran menentang kenaikan BBM di era Pemerintahan SBY. Sebab hanya dengan begitu, Rizal Ramli makin mengetahui kondisi kerusakan di negeri ini, yang kelak jika dirinya mendapat restu menjadi seorang Kepala Negara, maka tentunya telah mudah bagi Rizal Ramli untuk menambal kerusakan-kerusakan tersebut,--sebagaimana dulu dirinya mampu menambal hidupnya yang amat susah karena telah tahu tak punya orangtua.
Dan yang lebih penting, semoga Tuhan tetap mengutus para malaikat untuk selalu menjaga dan “mengarahkan” langkah Rizal Ramli menuju Istana sebagai Kepala Negara, yang diawali dengan terbukanya pintu hati seluruh Rakyat untuk bisa mendukung dan memilih Rizal Ramli, demi terwujudnya perubahan, dan demi mempersembahkan yang terbaik buat bangsa dan negara tercinta ini. Amin!!!>(muis/map)